Pada era sekarang ini muncul berbagai
macam bentuk penyimpangan seperti pembunuhan, pencurian, perampokan,
pemerkosaan, pengroyokan, narkoba, seks bebas, korupsi dan lain-lain. Fenomena
itu mungkin sudah biasa dimata publik namun sedikit yang menyadari apa yang
hilang dalam diri masyarakat.
Peradaban suku
bugis masa lalu sangat kental dengan taradisi lisan yang berisi nasehat-nasehat
yang sangat dihormati keberadaanya pada jaman itu. Secara subjektif memang
orang-orang dulu bisa dikatakan ketinggalan jaman dengan berpatokan terhadap
perkembangan jaman namun tak bisa dipungkiri makna tradisi lisan mereka tak
akan pernah ketinggalan jaman jika mampu direkonstruksi dari waktu kewaktu
Disekolah-sekolah
sudah sangat jarang diajarkan tradisi-tradisi tersebut. Mata pelajaran muatan
lokal seharusnya dikembangkan keberadaannya sebagai ujung tombak pewarisan
tradisi lisan kepada setiap generasi. Namun sungguh sangat ironis muatan lokal
kadang hanya membahas bahasa daerah secara struktural saja seperti pengenalan
huruf, struktur sintaksis dan semantiknya. Memang mempelajari bahasa secara
struktural itu penting namun lebih penting lagi bagaimana bahasa tersebut
dipelajari bagaimana kaitannya dengan kehidupan sosial.
Seyogyanya
muatan lokal lebih diarahkan kepada pembelajaran tradisi lisan dari segi makna
dan aplikasinya serta diajarkan minimal sampai jenjang Sekolah Lanjutan Tingkat
Pertama.
Nasehat Para Leluhur
Di tanah bugis
ada banyak nasehat dari para leluhur namun sudah sangat jarang dijumpai
suara-suara nasehat tersebut. Kehidupan sekarang pun berbanding terbalik dengan
nasehat tersebut. Melihat kehidupan berbangsa dan bernegara sekarang ini yang
paling hilang nilainya adalah lempu’
“Jujur”. Dengan banyaknya pejabat yang terlibat korupsi membuat masyarakat ragu dengan kejujuran
setiap orang. Mendekati Pemilu semestinya para caleg memperhatikan nilai-nilai
kejujuran dalam dirinya.
Nasehat-nasehat
lainnya yang ikut terdegradasi adalah nilai Sipakalebbi’
(saling menghargai), Sipakatau (saling
menghormati sesama manusia) dan Sipakainge’
(saling mengingatkan). Kecenderungan masyarakat hidup dengan sifat individualis
membuat lupa untuk saling mengingatkan satu sama lain kearah yang lebih baik. Sudah
berapa banyak orang yang terlibat narkoba, seks bebas, korupsi dan tindak
kejahatan lainnya karena hilangnya sifat saling mengingatkan. Sudah berapa
banyak tindakan pemerkosaan dan pembunuhan karena tidak rasa saling menghormati
dan saling menghargai sesama manusia.
Kecendrungan
sifat individualis juga menyebabkan nilai Mabbulo
sibatang “bersatu layaknya serumpun bambu” ikut terdegradasi. Perkembangan
teknologi seperti lahirnya alat komunikasi moderen dan munculnya berbagai game
online mampu mendominasi dan mengalahkan nilai-nilai persatuan dan solidaritas
terhadap sebagian kalangan remaja. Anak yang lahir dijaman sekarang langsung
perhatiannya diarahkan terhadap perkembangan teknologi yang secara
perlahan-lahan membuat individu lupa dengan dunia luar dan enggan
bersosialisasi. Ini merupakan ancaman yang sangat serius terhadap generasi
sekarang jika masyarakat tidak bahu-membahu dalam sipakainge’ “saling mengingatkan” satu-sama lain, karena
menyerahkan tanggung jawab penuh terhadap pemerintah tidak akan mampu
menyelesaikan masalah ini.
Dalam tradisi
lisan bugis juga terdapat petuah yang berbunyi mali’ siparappe “hanyut saling mendamparkan”, rebba sipatokkong “rebah saling menegakkan” dan malilu sipakainge’ “lupa saling
mengingatkan”. Makna dari semua itu adalah nasehat untuk menolong orang yang
kondisinya dalam kesusahan baik dari segi materi dan jiwa. Namun angin segar
masih berhembus dengan filosofi ini karena rasa tolong-menolong rakyat
indonesia masih kental khususnya membantu korban bencana alam.
Konsep Siri’
Rumpun
Bugis-Makassar mempunyai satu tradisi lisan yang sangat terkenal namun sudah
banyak dilanggar yaitu Siri’ “Malu”.
Filosofi ini mempunyai makna yang sangat luas yaitu malu dalam melakukan semua
hal yang tidak baik. Para pejabat yang korupsi termasuk orang-orang yang sudah
kehilangan malunya, Begitupun dengan generasi cabe-cabean dan terong-terongan.
Siri’ sangat perlu ditanamkan dalam diri
setiap individu demi melahirkan generasi yang tidak meneruskan kebiasaan para
pejabat sekarat yang satu persatu rontok ditangan KPK. Pergaulan anak mudah
seperti tawuran, pergaulan bebas, seks bebas dan narkoba merupakan fenomena
yang kehilangan Siri´ pada level yang
sangat mengkhawatirkan. Tidak bisa dibayangkan bagaiman bisa ada remaja yang pede memamerkan adegan seksual didepan
kamera dan tersebar diinternet. Tak bisa pula dibayangkan bagaimana bisa
pejabat yang tertangkap KPK tertawa didepan kamera sambil melambaikan tangan.
Dimana rasa malu mereka ?
Yang
paling ironis adalah banyaknya caleg yang kehilangan rasa malu dengan banyaknya
pelanggaran pemasangan baliho politik yang marak terjadi diberbagai daerah.
Semoga masyarakat bisa memberi penilaian terhadap caleg yang seperti itu.
Mari tanamkan nasehat para pendahulu karena sesungguhnya nasehat mereka
tidak akan pernah ketinggalan jaman dan demi menjadikan bangsa lebih
bermartabat.