Wednesday, October 8, 2014
Thursday, May 1, 2014
Sebuah Kisah dan Tragedi: Tenggelamnya Nilai-Nilai Tradisi Lisan Bugis
Pada era sekarang ini muncul berbagai
macam bentuk penyimpangan seperti pembunuhan, pencurian, perampokan,
pemerkosaan, pengroyokan, narkoba, seks bebas, korupsi dan lain-lain. Fenomena
itu mungkin sudah biasa dimata publik namun sedikit yang menyadari apa yang
hilang dalam diri masyarakat.
Peradaban suku
bugis masa lalu sangat kental dengan taradisi lisan yang berisi nasehat-nasehat
yang sangat dihormati keberadaanya pada jaman itu. Secara subjektif memang
orang-orang dulu bisa dikatakan ketinggalan jaman dengan berpatokan terhadap
perkembangan jaman namun tak bisa dipungkiri makna tradisi lisan mereka tak
akan pernah ketinggalan jaman jika mampu direkonstruksi dari waktu kewaktu
Disekolah-sekolah
sudah sangat jarang diajarkan tradisi-tradisi tersebut. Mata pelajaran muatan
lokal seharusnya dikembangkan keberadaannya sebagai ujung tombak pewarisan
tradisi lisan kepada setiap generasi. Namun sungguh sangat ironis muatan lokal
kadang hanya membahas bahasa daerah secara struktural saja seperti pengenalan
huruf, struktur sintaksis dan semantiknya. Memang mempelajari bahasa secara
struktural itu penting namun lebih penting lagi bagaimana bahasa tersebut
dipelajari bagaimana kaitannya dengan kehidupan sosial.
Seyogyanya
muatan lokal lebih diarahkan kepada pembelajaran tradisi lisan dari segi makna
dan aplikasinya serta diajarkan minimal sampai jenjang Sekolah Lanjutan Tingkat
Pertama.
Nasehat Para Leluhur
Di tanah bugis
ada banyak nasehat dari para leluhur namun sudah sangat jarang dijumpai
suara-suara nasehat tersebut. Kehidupan sekarang pun berbanding terbalik dengan
nasehat tersebut. Melihat kehidupan berbangsa dan bernegara sekarang ini yang
paling hilang nilainya adalah lempu’
“Jujur”. Dengan banyaknya pejabat yang terlibat korupsi membuat masyarakat ragu dengan kejujuran
setiap orang. Mendekati Pemilu semestinya para caleg memperhatikan nilai-nilai
kejujuran dalam dirinya.
Nasehat-nasehat
lainnya yang ikut terdegradasi adalah nilai Sipakalebbi’
(saling menghargai), Sipakatau (saling
menghormati sesama manusia) dan Sipakainge’
(saling mengingatkan). Kecenderungan masyarakat hidup dengan sifat individualis
membuat lupa untuk saling mengingatkan satu sama lain kearah yang lebih baik. Sudah
berapa banyak orang yang terlibat narkoba, seks bebas, korupsi dan tindak
kejahatan lainnya karena hilangnya sifat saling mengingatkan. Sudah berapa
banyak tindakan pemerkosaan dan pembunuhan karena tidak rasa saling menghormati
dan saling menghargai sesama manusia.
Kecendrungan
sifat individualis juga menyebabkan nilai Mabbulo
sibatang “bersatu layaknya serumpun bambu” ikut terdegradasi. Perkembangan
teknologi seperti lahirnya alat komunikasi moderen dan munculnya berbagai game
online mampu mendominasi dan mengalahkan nilai-nilai persatuan dan solidaritas
terhadap sebagian kalangan remaja. Anak yang lahir dijaman sekarang langsung
perhatiannya diarahkan terhadap perkembangan teknologi yang secara
perlahan-lahan membuat individu lupa dengan dunia luar dan enggan
bersosialisasi. Ini merupakan ancaman yang sangat serius terhadap generasi
sekarang jika masyarakat tidak bahu-membahu dalam sipakainge’ “saling mengingatkan” satu-sama lain, karena
menyerahkan tanggung jawab penuh terhadap pemerintah tidak akan mampu
menyelesaikan masalah ini.
Dalam tradisi
lisan bugis juga terdapat petuah yang berbunyi mali’ siparappe “hanyut saling mendamparkan”, rebba sipatokkong “rebah saling menegakkan” dan malilu sipakainge’ “lupa saling
mengingatkan”. Makna dari semua itu adalah nasehat untuk menolong orang yang
kondisinya dalam kesusahan baik dari segi materi dan jiwa. Namun angin segar
masih berhembus dengan filosofi ini karena rasa tolong-menolong rakyat
indonesia masih kental khususnya membantu korban bencana alam.
Konsep Siri’
Rumpun
Bugis-Makassar mempunyai satu tradisi lisan yang sangat terkenal namun sudah
banyak dilanggar yaitu Siri’ “Malu”.
Filosofi ini mempunyai makna yang sangat luas yaitu malu dalam melakukan semua
hal yang tidak baik. Para pejabat yang korupsi termasuk orang-orang yang sudah
kehilangan malunya, Begitupun dengan generasi cabe-cabean dan terong-terongan.
Siri’ sangat perlu ditanamkan dalam diri
setiap individu demi melahirkan generasi yang tidak meneruskan kebiasaan para
pejabat sekarat yang satu persatu rontok ditangan KPK. Pergaulan anak mudah
seperti tawuran, pergaulan bebas, seks bebas dan narkoba merupakan fenomena
yang kehilangan Siri´ pada level yang
sangat mengkhawatirkan. Tidak bisa dibayangkan bagaiman bisa ada remaja yang pede memamerkan adegan seksual didepan
kamera dan tersebar diinternet. Tak bisa pula dibayangkan bagaimana bisa
pejabat yang tertangkap KPK tertawa didepan kamera sambil melambaikan tangan.
Dimana rasa malu mereka ?
Yang
paling ironis adalah banyaknya caleg yang kehilangan rasa malu dengan banyaknya
pelanggaran pemasangan baliho politik yang marak terjadi diberbagai daerah.
Semoga masyarakat bisa memberi penilaian terhadap caleg yang seperti itu.
Mari tanamkan nasehat para pendahulu karena sesungguhnya nasehat mereka
tidak akan pernah ketinggalan jaman dan demi menjadikan bangsa lebih
bermartabat.
Wednesday, March 12, 2014
Hilangnya Kekuatan Lontara Di Era Sekarang
Negara yang besar adalah
negara yang memiliki identitas, negara yang besar adalah negara yang memelihara
hasil peradabannya.
Lontara adalah salah satu
hasil peradaban masa lalu rumpun bugis (suku bugis, suku makassar, suku mandar)
dan telah menjadi identitas kejayaan masa lalu. Ada apa dengan Lontara di era
sekarang ?
Bukan Sekedar
Aksara
Rumpun Bugis merupakan salah
satu didunia ini yang mempunyai aksara. Yang paling penting harus disadari
bahwa lontara bukan sekedar abjad atau sebuah simbol fonetik dan fonologi dalam
sebuah kata akan tetapi konstruksi moral yang luar biasa yang terkandung
didalamnya. Nilai moral itulah yang gagal muncul dikehidupan masyarakat modern
karena kegagalan mempertahankan lontara sebagai identitas rakyat Sulawesi
Selatan pada umumnya. Adapun jaman sekarang yang mempertahankannya namun hanya
segelintir orang. Rumpun tetangga (Tator) terkenal karena mempertahankan
peradabannya, kenapa rumpun bugis tidak padahal lontara telah membentuk karya
sastra terpanjang didunia yaitu Lagaligo
Generasi muda jaman sekarang
kurang memahami apa itu sebenarnya lontara. Banyak kalangan memahami hanya
sebatas abjad namun jarang yang memahami bahwa Aksara Lontara berfungsi sebagai
abjad (simbol bunyi). Namun yang paling adalah berisi nasehat atau
petuah-petuah yang bernilai moral tinggi. Disetiap abjad yang membentuk kata
memiliki filosofi tersendiri dan dapat ditemukan dalam segelintir buku kajian
lontara. Setiap kata yang terbentuk dikonstruksi oleh filosofi lontara.
Fenomena inilah yang membuat kajian antropolingustik dari lontara sangat rumit,
hal ini menandakan betapa tinggi filosofi moral dalam lontara. Jika dianalisis
lebih dalam akan memberikan kontribusi yang sangat tinggi terhadap perkembangan
ilmu antropolinguistik modern.
Seiring perkembangan jaman
semua yang ada dalam lontara akan hilang jika masyarakat tidak mampu
merekonstruksinya kembali, kejayaan peradaban masa lalu akan hanya tinggal
sebuah cerita kepada generasi selanjutnya.
Kekuatan Semiotika
Lontara
Dalam ilmu antropolinguistik jaman sekarang dikenal
yang namanya teori Semiotik indeksikal yang dicetuskan oleh Michael Silverstein
seorang ilmuawan dibidang Antropologi, Linguistik dan Psikologi di Universitas
Chicago USA. Teori indeksikal ini adalah perkembangan teori semiotika Pierce
(1940) yang membagi tanda dalam trikotomi kedua yakni icon, symbol dan index.
Teori ini memandang bahasa sebagai teks dimana
ujaran berkaitan dengan suara-suara kelompok tertentuk dan suara-suara
tersebut berkaian dengan posisi-posisi interaksional. Mengenai suara (voice)
dapat dilihat pada teori dialogisme Bakhtin (1935)
Apa
hubungannya teori diatas dengan Lontara ? Perlu diketahui bahwa teori diatas
membangun kekuatan sosial (social power) dalam kehidupan sosial. Posisi lontara
ada pada konsep suara (voice) dimana lontara merupakan kumpulan suara-suara
keraifan lokal yang bermoral tinggi yang direkonstruksi kekuatannya oleh teori
semiotika baik index maupun indeksikalitas kedalam berkomunikasi. Hal masih
jarang ditemukan analisisnya baik dari segi linguistik maupun sosial budayanya.
Kekuatan
sosial lontara terletak pada nilai moral termasuk salah satunya yang terkenal
adalah ajakan untuk tolong menolong. Ada satu jalan yang mudah untuk
merekonstruksi lontara yakni lewat ujaran dalam berkomunikasi berbasis
indeksikal. Setiap ujaran yang berkaitan dengan teks-teks lontara akan membuat
ujaran memiliki kekuatan sosial. Kekuatan ini dibangun oleh proses
indeksikalisasi dalam berbahasa.
Mengatakan mali’ siparappe, rebba sipatokkong,
sipakalebbi’, sipakainge, sipakatau dalam sebuah pidato dan ujaran akan
menimbulkan efek sosial kepada siapa yang mendengarnya. Kata-kata ini merupa
teks lontara yang tertulis dalam akasara lontara. Ujaran ini pula mengindeks ke
nilai moral lontara, suara kearifan lokal dan membentuk relasi intertekstual
antara ujaran dengan teks lontara. Proses indeks ini yang menimbulkan efek
sosial kepada pendengarnya seperti efek rasa kagum, kepercayaan, inspirasi,
rasa hormat dan lain-lain. Pada tingkat partisipan atau pemakai bahasa ujaran
ini mengindeks kepada siapa yang mengucapkannya sehingga nilai lontara ikut
membuat kepribadian sesorang menjadi kuat.
Ditingkat struktural, setiap
kata yang ditulis dalam aksara lontara dikonstruksi banyak filosofi karena
setiap aksara yang membentuk kata merupakan symbol yang mewakili masing-masing
satu filosofi. Filosofi-filosofi tersebut dapat ditemukan diberbagai buku
kajian lontara.
Meskipun sudah banyak yang
mengkaji lontara secara struktural namun itu takkan pernah cukup untuk memahami
makna lontara itu sendiri. Sudah saatnya lontara diajarkan pada tingkat
filosofi dan praktik.
Penulis : Masdar
Pekerjaan :
Mahasiswa Jurusan Sastra Inggris
Konsentrasi Linguistik
Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Hasanuddin
No. HP :
085255380592
Saturday, February 1, 2014
Friday, January 3, 2014
Pembagian Grup ISL 2014
Berikut Pembagian Grup ISL 2014
Wilayah Barat
Arema Indonesia
Gresik United
Persija Jakarta
Semen Padang
Sriwijaya FC
Persita Tangerang
Persik Kediri
Persijap Jepara
Persib Bandung
Pelita Bandung Raya
Barito Putera
Wilayah Timur
Persipura Jayapura
Perseru Serui
Mitra Kukar
Persisam Samarinda
PSM Makassar
Persiram Raja Ampat
Persiba Bantul
Persela Lamongan
Persepam Madura
Persebaya Surabaya
Persiba Balikpapan
Wilayah Barat
Arema Indonesia
Gresik United
Persija Jakarta
Semen Padang
Sriwijaya FC
Persita Tangerang
Persik Kediri
Persijap Jepara
Persib Bandung
Pelita Bandung Raya
Barito Putera
Wilayah Timur
Persipura Jayapura
Perseru Serui
Mitra Kukar
Persisam Samarinda
PSM Makassar
Persiram Raja Ampat
Persiba Bantul
Persela Lamongan
Persepam Madura
Persebaya Surabaya
Persiba Balikpapan
Subscribe to:
Posts (Atom)