Wikipedia

Search results

Ingin Mahir MS Excel silahkan klik gambar berikut ini

Mahir Microsoft Excel 486x60

Dapatkan E-Book Motivasi

Ebook Motivasi 728x90

Wednesday, March 12, 2014

Hilangnya Kekuatan Lontara Di Era Sekarang





Negara yang besar adalah negara yang memiliki identitas, negara yang besar adalah negara yang memelihara hasil peradabannya.
Lontara adalah salah satu hasil peradaban masa lalu rumpun bugis (suku bugis, suku makassar, suku mandar) dan telah menjadi identitas kejayaan masa lalu. Ada apa dengan Lontara di era sekarang ?
Bukan Sekedar Aksara
Rumpun Bugis merupakan salah satu didunia ini yang mempunyai aksara. Yang paling penting harus disadari bahwa lontara bukan sekedar abjad atau sebuah simbol fonetik dan fonologi dalam sebuah kata akan tetapi konstruksi moral yang luar biasa yang terkandung didalamnya. Nilai moral itulah yang gagal muncul dikehidupan masyarakat modern karena kegagalan mempertahankan lontara sebagai identitas rakyat Sulawesi Selatan pada umumnya. Adapun jaman sekarang yang mempertahankannya namun hanya segelintir orang. Rumpun tetangga (Tator) terkenal karena mempertahankan peradabannya, kenapa rumpun bugis tidak padahal lontara telah membentuk karya sastra terpanjang didunia yaitu Lagaligo
Generasi muda jaman sekarang kurang memahami apa itu sebenarnya lontara. Banyak kalangan memahami hanya sebatas abjad namun jarang yang memahami bahwa Aksara Lontara berfungsi sebagai abjad (simbol bunyi). Namun yang paling adalah berisi nasehat atau petuah-petuah yang bernilai moral tinggi. Disetiap abjad yang membentuk kata memiliki filosofi tersendiri dan dapat ditemukan dalam segelintir buku kajian lontara. Setiap kata yang terbentuk dikonstruksi oleh filosofi lontara. Fenomena inilah yang membuat kajian antropolingustik dari lontara sangat rumit, hal ini menandakan betapa tinggi filosofi moral dalam lontara. Jika dianalisis lebih dalam akan memberikan kontribusi yang sangat tinggi terhadap perkembangan ilmu antropolinguistik modern.
Seiring perkembangan jaman semua yang ada dalam lontara akan hilang jika masyarakat tidak mampu merekonstruksinya kembali, kejayaan peradaban masa lalu akan hanya tinggal sebuah cerita kepada generasi selanjutnya.
Kekuatan Semiotika Lontara
            Dalam ilmu antropolinguistik jaman sekarang dikenal yang namanya teori Semiotik indeksikal yang dicetuskan oleh Michael Silverstein seorang ilmuawan dibidang Antropologi, Linguistik dan Psikologi di Universitas Chicago USA. Teori indeksikal ini adalah perkembangan teori semiotika Pierce (1940) yang membagi tanda dalam trikotomi kedua yakni icon, symbol dan index. Teori ini memandang bahasa sebagai teks dimana  ujaran berkaitan dengan suara-suara kelompok tertentuk dan suara-suara tersebut berkaian dengan posisi-posisi interaksional. Mengenai suara (voice) dapat dilihat pada teori dialogisme Bakhtin (1935)
            Apa hubungannya teori diatas dengan Lontara ? Perlu diketahui bahwa teori diatas membangun kekuatan sosial (social power) dalam kehidupan sosial. Posisi lontara ada pada konsep suara (voice) dimana lontara merupakan kumpulan suara-suara keraifan lokal yang bermoral tinggi yang direkonstruksi kekuatannya oleh teori semiotika baik index maupun indeksikalitas kedalam berkomunikasi. Hal masih jarang ditemukan analisisnya baik dari segi linguistik maupun sosial budayanya.
            Kekuatan sosial lontara terletak pada nilai moral termasuk salah satunya yang terkenal adalah ajakan untuk tolong menolong. Ada satu jalan yang mudah untuk merekonstruksi lontara yakni lewat ujaran dalam berkomunikasi berbasis indeksikal. Setiap ujaran yang berkaitan dengan teks-teks lontara akan membuat ujaran memiliki kekuatan sosial. Kekuatan ini dibangun oleh proses indeksikalisasi dalam berbahasa.
Mengatakan mali’ siparappe, rebba sipatokkong, sipakalebbi’, sipakainge, sipakatau dalam sebuah pidato dan ujaran akan menimbulkan efek sosial kepada siapa yang mendengarnya. Kata-kata ini merupa teks lontara yang tertulis dalam akasara lontara. Ujaran ini pula mengindeks ke nilai moral lontara, suara kearifan lokal dan membentuk relasi intertekstual antara ujaran dengan teks lontara. Proses indeks ini yang menimbulkan efek sosial kepada pendengarnya seperti efek rasa kagum, kepercayaan, inspirasi, rasa hormat dan lain-lain. Pada tingkat partisipan atau pemakai bahasa ujaran ini mengindeks kepada siapa yang mengucapkannya sehingga nilai lontara ikut membuat kepribadian sesorang menjadi kuat.
Ditingkat struktural, setiap kata yang ditulis dalam aksara lontara dikonstruksi banyak filosofi karena setiap aksara yang membentuk kata merupakan symbol yang mewakili masing-masing satu filosofi. Filosofi-filosofi tersebut dapat ditemukan diberbagai buku kajian lontara.
Meskipun sudah banyak yang mengkaji lontara secara struktural namun itu takkan pernah cukup untuk memahami makna lontara itu sendiri. Sudah saatnya lontara diajarkan pada tingkat filosofi dan praktik.
Penulis     : Masdar
Pekerjaan : Mahasiswa Jurusan Sastra Inggris
                   Konsentrasi Linguistik
                   Fakultas Ilmu Budaya
                   Universitas Hasanuddin
No. HP : 085255380592




No comments:

Post a Comment