Wikipedia

Search results

Ingin Mahir MS Excel silahkan klik gambar berikut ini

Mahir Microsoft Excel 486x60

Dapatkan E-Book Motivasi

Ebook Motivasi 728x90

Tuesday, September 17, 2013

KOLEKTIFITAS DALAM KORUPSI “MENUAI TANYA DAN KARMA”



KOLEKTIFITAS DALAM KORUPSI “MENUAI TANYA DAN KARMA”

Negara-negara di Benua Eropa sukses karena kolektifitasnya dalam bermain sepakbola. Sedangkan Negara kita terpuruk karena kolektifitasnya dalam korupsi. Terdapat salah penempatan sifat kolektif di Indonesia. Alhasil itu semua menuai hasil negatif baik dalam internal maupun external Partai.

Dari Kubu PKS
Kasus korupsi marak-maraknya diberitakan sekarang yang melibatkan kubu PKS. Orang pertama yang terjebak adalah mantan presiden PKS Lutfi Hasan Ishaq yang terlibat dalam kasus korupsi kuota daging impor. Belakang ini muncul pula nama Ahmad Fathanah masih berasal dari partai yang sama dan kasus yang sama pula. Lebih parahnya lagi kasus ini terindikasi dilakukan secara berjaringan dengan bukti terdapat 12 orang wanita yang menerimah aliran uang dari Fathana. Tampaknya ada tujuan khusus kenapa rekening yang mendapat jatah uang dimiliki oleh wanita, kemungkinan besar dibaliknya bukan hanya wanita tapi ada juga lelaki. Seorang wanita di Makassar yang menerimah aliran uang mengatakan kepada media Fajar bahwa dirinya bukan menerimah justru dia yang mentransfer atas kehendak ayahnya. Jadi terlihat bagaimana rekening wanita hanya berfungsi sebagai media saja. Terlihat betapa strategi tersusun secara kolektif.
Kasus korupsi di Kubu PKS sudah mencederai nama baik Partainya. PKS dengan kepanjangan Partai Keadilan Sosial tidak mencerminkan partainya sebagai partai yang mengedepankan keadilan sosial akan tetapi keadilan terhadap sesama golongan. Masyarakat Indonesia sudah melihat hal ini dan akan menjadi referensi pada Pemilu pada masa yang akan datang. Terlalu banyak kerugian Negara yang ditimbulkan akibat kasus ini. Ada beberapa mobil mewah yang diduga sebaga hasil korupsi. Ironisnya ketika KPK ingin melakukan penyitaan justru KPK digugat, bukanka itu memang hak dasar dari KPK untuk melakukan penyitaan. Sepertinya dalam kubu itu mereka saling bahu-membahu untuk mempertahankan diri.
PKS adalah sebuah Parpol yang tentunya ingin menempatkan wakilnya dalam kursi pemerintahan. Melihat kenyataan yang ada tentu masyarakat berpikir dua kali dalam memilih wakil-wakil dari PKS. Meskipun tidak semua elemen dalam PKS terlibat tapi tetap mencoreng nama baik PKS secara menyeluruh apalagi yang melakukan korupsi adalah petinggi-petingginya. Timbul dibenak kalau pemimpin melakukan sesuatu hal pasti bawahannya mengikutinya dan mencontohinya. Lutfi dan Fathanah meninggalkan pekerjaan yang sangat berat buat anggota PKS lainnya untuk mengembalikan citra PKS.


Dari Kubu Demokrat
Flashback kebeberapa waktu yang lalu dimana terdapat beberapa petinggi-petinggi Partai Demokrat terjebak dalam kasus korupsi. Mulai dari kasus suap wisma atlet yang melibatkan mantan sekertaris umum partai Demokrat Muhammad Nazaruddin dan anggota DPR-RI dari kubu demokrat pula atas nama Angelina Sondakh. Kedua nama tersebut sama-sama terlibat kasus korupsi wisma atlet dan lagi-lagi  terindikasi dilakukan secara kolektif karena melibatkan orang-orang dari Partai yang sama. Mereka juga melibatkan para pimpinan proyek wisma atlet. Alhasil terjebaknya dari pihak proyek menyeret nama Nazaruddin dan Angelina. Dalam pelarian Nazaruddin pihak-pihak demokrat seakan-akan terlihat tidak tahu-menahu kemana Nazaruddin pergi sehingga menyulitkan KPK untuk melakukan tugas mulia kenegaraan memberantas korupsi.
Tidak terhenti sampai disitu muncul pula dugaan kasus korupsi proyek Hambalang yang lagi-lagi melibatkan orang-orang dari Partai Demokrat yakni mantan Menteri Pemuda dan Olahraga Andi Alfian Mallarangeng dan Mantan Ketua Umum Partai tersebut Anas Urbaningrum. Masing-masing mengundurkan diri dari jabatannya setelah diduga terlibat dalam kasus korupsi. Timbul pertanyaan mengapa kasus korupsi marak dilakukan oleh kubu Demokrat ?, apakah ada sesuatu dibalik semuanya ?. Ironisnya partai tersebut merupakan Partai yang didirikan oleh Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono dan partai itupun yang paling berkuasa dalam kursi pemerintahan. Sebagai Ketua Umum Dewan Penasehat SBY dibuat pusing dalam mengurusi partai demokrat yang citranya dirusak oleh beberapa orang bawahannya.
Ditengah kesibukan SBY dalam mengurusi partainya seiring itupula muncul pula spekulasi bahwa SBY mengabaikan tugas kepresidenan dan lebih memperhatikan partainya. SBY jadi korban hasil buah tangan dari para bawahannya. Muncullah karma dalam internal partai dimana terdapat dua kubuh yang saling berseteruh yakni kubuh SBY dan Anas Urbaningrum. Perseteruan ini terlihat dari Teks Pidato SBY tentang penyelamatan partai dan teks pidato pengunduran diri Anas. Sandarupa dalam (Kompas, 2013) mengatakan bahwa dalam pidato-pidato tersebut terdapat perang yang bersenjatakan dialogisme. Sebuah karma buat Partai Demokrat akibat tindakan yang tidak terpuji oleh punggawa-punggawanya.
Koperatif bersama KPK
            Korupsi yang dilakukan secara kolektif dari golongan tertentu merupakan warning bagi Bangsa Indonesia. Jika ini terjadi secara terus menerus akan menghancurkan kesejahteraan sosial Bangsa Indonesia meninggalkan ideologi Pancasila. Mari bekerjasama dengan KPK dalam memerangi korupsi. Begitu banyak tindak pidana korupsi di Negeri ini baik ditingkat pusat maupun daerah-daerah. Tidak mungkin KPK bisa menangani semua tanpa kerjasama yang baik dengan berbagai kalangan.
            Kubu PKS dan kubu Demokrat telah mempertontonkan betapa tragisnya korupsi di Negeri ini. Mereka melakukan dengan strategi yang sangat rapi, tapi bagaimanapun apiknya strategi kalau itu merupakan kesalahan pasti akan muncul dipermukaan. Kasus-kasus itu seakan-akan membuat KPK tak berkutik dalam memberantas korupsi. KPK tidak boleh menyerah, masyarakat antikorupsi berdiri dibelakangnya. Dibawah tampuk Pimpinan Abraham Samad masyarakat Indonesia menaruh harapan besar kepada KPK untuk memberantas korupsi.
            Dalam memberantas korupsi tentu bukan perkara mudah. Korupsi dilakukan secara kolektif maka semua kalangan bukan hanya KPK harus membangun pula Kolektifitas dalam memberantas korupsi. Dukung KPK !!!.
Ada Apa Dibalik Semuanya ?
Korupsi secara besar-besaran menuai tanya dari berbagai kalangan mengapa korupsi terus terjadi tanpa henti ?. Menelusuri kronologis peristiwa-peristiwa sebelum dan sesudah tindak pidana korupsi dilakukan yang diasumsikan ada keterhubungan antar satu sama lain, mulai dari kasus korupsi oleh kubu demokrat.
Kasus korupsi dari kubu Demokrat didahului dengan adanya kasus Bank Century yang pada waktu itu menuai banyak spekulasi mengarah kepada Partai Demokrat. Sebelum kasus Bank Century diadakan Pesta Demokrasi Pemilihan Presiden Periode 2010-2014 yang dimenangkan oleh pasangan SBY-Boediono, dimana SBY sendiri berasal dari Demokrat. Selang waktu yang tidak terlalu lama Pemilihan Anggota Legislatif juga diadakan dan masih dimenagkan oleh Partai Demokrat yang menempatkan para wakilnya dengan jumlah terbanyak dalam kursi pemerintahan dibandingkan partai lainnya. Setelah kasus Bank Century mencuatlah kasus suap wisma atlet yang melibatkan Nazaruddin dan Angelina kemudian disusul oleh Mallarangeng dan Anas yang terlibat kasus Hambalang. Apakah semuanya ada keterhubungan ?
Dari kubu PKS sendiri terlibat kasus korupsi kuota daging impor menjelang Pemilu 2014 dan didahului dengan Pemilihan Gubernur Sulawesi-Selatan. Pada saat itu Pasangan Ilham-Aziz didukung oleh Partai Demokrat dan PKS. Salah satu perempuan yang telah disebutkan sebelumnya mendapat aliran dana dari Fathanah dikabarkan Ayahnya memiliki hubungan dengan Ilham. Apakah juga semua itu ada keterhubungan ?, jika ada berarti terdapat penerapan Motivasi Schultz because motive, in order to motive.

Penulis : Masdar
Pekerjaan :Mahasiswa Jurusan Sastra Inggris, Konsentrasi Linguistik Fakultas Ilmu Budaya Universitas Hasanuddin Makassar

No comments:

Post a Comment