KOLEKTIFITAS
DALAM KORUPSI “MENUAI TANYA DAN KARMA”
Negara-negara
di Benua Eropa sukses karena kolektifitasnya dalam bermain sepakbola. Sedangkan
Negara kita terpuruk karena kolektifitasnya dalam korupsi. Terdapat salah
penempatan sifat kolektif di Indonesia. Alhasil itu semua menuai hasil negatif
baik dalam internal maupun external Partai.
Dari
Kubu PKS
Kasus
korupsi marak-maraknya diberitakan sekarang yang melibatkan kubu PKS. Orang
pertama yang terjebak adalah mantan presiden PKS Lutfi Hasan Ishaq yang
terlibat dalam kasus korupsi kuota daging impor. Belakang ini muncul pula nama
Ahmad Fathanah masih berasal dari partai yang sama dan kasus yang sama pula.
Lebih parahnya lagi kasus ini terindikasi dilakukan secara berjaringan dengan
bukti terdapat 12 orang wanita yang menerimah aliran uang dari Fathana.
Tampaknya ada tujuan khusus kenapa rekening yang mendapat jatah uang dimiliki
oleh wanita, kemungkinan besar dibaliknya bukan hanya wanita tapi ada juga
lelaki. Seorang wanita di Makassar yang menerimah aliran uang mengatakan kepada
media Fajar bahwa dirinya bukan menerimah justru dia yang mentransfer atas
kehendak ayahnya. Jadi terlihat bagaimana rekening wanita hanya berfungsi
sebagai media saja. Terlihat betapa strategi tersusun secara kolektif.
Kasus
korupsi di Kubu PKS sudah mencederai nama baik Partainya. PKS dengan
kepanjangan Partai Keadilan Sosial tidak mencerminkan partainya sebagai partai
yang mengedepankan keadilan sosial akan tetapi keadilan terhadap sesama
golongan. Masyarakat Indonesia sudah melihat hal ini dan akan menjadi referensi
pada Pemilu pada masa yang akan datang. Terlalu banyak kerugian Negara yang
ditimbulkan akibat kasus ini. Ada beberapa mobil mewah yang diduga sebaga hasil
korupsi. Ironisnya ketika KPK ingin melakukan penyitaan justru KPK digugat,
bukanka itu memang hak dasar dari KPK untuk melakukan penyitaan. Sepertinya
dalam kubu itu mereka saling bahu-membahu untuk mempertahankan diri.
PKS
adalah sebuah Parpol yang tentunya ingin menempatkan wakilnya dalam kursi
pemerintahan. Melihat kenyataan yang ada tentu masyarakat berpikir dua kali
dalam memilih wakil-wakil dari PKS. Meskipun tidak semua elemen dalam PKS
terlibat tapi tetap mencoreng nama baik PKS secara menyeluruh apalagi yang
melakukan korupsi adalah petinggi-petingginya. Timbul dibenak kalau pemimpin
melakukan sesuatu hal pasti bawahannya mengikutinya dan mencontohinya. Lutfi
dan Fathanah meninggalkan pekerjaan yang sangat berat buat anggota PKS lainnya
untuk mengembalikan citra PKS.
Dari
Kubu Demokrat
Flashback
kebeberapa waktu yang lalu dimana terdapat beberapa petinggi-petinggi Partai
Demokrat terjebak dalam kasus korupsi. Mulai dari kasus suap wisma atlet yang
melibatkan mantan sekertaris umum partai Demokrat Muhammad Nazaruddin dan
anggota DPR-RI dari kubu demokrat pula atas nama Angelina Sondakh. Kedua nama
tersebut sama-sama terlibat kasus korupsi wisma atlet dan lagi-lagi terindikasi dilakukan secara kolektif karena
melibatkan orang-orang dari Partai yang sama. Mereka juga melibatkan para
pimpinan proyek wisma atlet. Alhasil terjebaknya dari pihak proyek menyeret
nama Nazaruddin dan Angelina. Dalam pelarian Nazaruddin pihak-pihak demokrat
seakan-akan terlihat tidak tahu-menahu kemana Nazaruddin pergi sehingga
menyulitkan KPK untuk melakukan tugas mulia kenegaraan memberantas korupsi.
Tidak
terhenti sampai disitu muncul pula dugaan kasus korupsi proyek Hambalang yang
lagi-lagi melibatkan orang-orang dari Partai Demokrat yakni mantan Menteri
Pemuda dan Olahraga Andi Alfian Mallarangeng dan Mantan Ketua Umum Partai
tersebut Anas Urbaningrum. Masing-masing mengundurkan diri dari jabatannya
setelah diduga terlibat dalam kasus korupsi. Timbul pertanyaan mengapa kasus
korupsi marak dilakukan oleh kubu Demokrat ?, apakah ada sesuatu dibalik
semuanya ?. Ironisnya partai tersebut merupakan Partai yang didirikan oleh
Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono dan partai itupun yang
paling berkuasa dalam kursi pemerintahan. Sebagai Ketua Umum Dewan Penasehat
SBY dibuat pusing dalam mengurusi partai demokrat yang citranya dirusak oleh
beberapa orang bawahannya.
Ditengah
kesibukan SBY dalam mengurusi partainya seiring itupula muncul pula spekulasi
bahwa SBY mengabaikan tugas kepresidenan dan lebih memperhatikan partainya. SBY
jadi korban hasil buah tangan dari para bawahannya. Muncullah karma dalam
internal partai dimana terdapat dua kubuh yang saling berseteruh yakni kubuh
SBY dan Anas Urbaningrum. Perseteruan ini terlihat dari Teks Pidato SBY tentang
penyelamatan partai dan teks pidato pengunduran diri Anas. Sandarupa dalam
(Kompas, 2013) mengatakan bahwa dalam pidato-pidato tersebut terdapat perang
yang bersenjatakan dialogisme. Sebuah karma buat Partai Demokrat akibat
tindakan yang tidak terpuji oleh punggawa-punggawanya.
Koperatif
bersama KPK
Korupsi yang dilakukan secara kolektif dari golongan
tertentu merupakan warning bagi Bangsa Indonesia. Jika ini terjadi secara terus
menerus akan menghancurkan kesejahteraan sosial Bangsa Indonesia meninggalkan
ideologi Pancasila. Mari bekerjasama dengan KPK dalam memerangi korupsi. Begitu
banyak tindak pidana korupsi di Negeri ini baik ditingkat pusat maupun
daerah-daerah. Tidak mungkin KPK bisa menangani semua tanpa kerjasama yang baik
dengan berbagai kalangan.
Kubu PKS dan kubu Demokrat telah mempertontonkan betapa tragisnya
korupsi di Negeri ini. Mereka melakukan dengan strategi yang sangat rapi, tapi
bagaimanapun apiknya strategi kalau itu merupakan kesalahan pasti akan muncul
dipermukaan. Kasus-kasus itu seakan-akan membuat KPK tak berkutik dalam
memberantas korupsi. KPK tidak boleh menyerah, masyarakat antikorupsi berdiri
dibelakangnya. Dibawah tampuk Pimpinan Abraham Samad masyarakat Indonesia
menaruh harapan besar kepada KPK untuk memberantas korupsi.
Dalam memberantas korupsi tentu bukan perkara mudah.
Korupsi dilakukan secara kolektif maka semua kalangan bukan hanya KPK harus
membangun pula Kolektifitas dalam memberantas korupsi. Dukung KPK !!!.
Ada
Apa Dibalik Semuanya ?
Korupsi
secara besar-besaran menuai tanya dari berbagai kalangan mengapa korupsi terus terjadi
tanpa henti ?. Menelusuri kronologis peristiwa-peristiwa sebelum dan sesudah
tindak pidana korupsi dilakukan yang diasumsikan ada keterhubungan antar satu
sama lain, mulai dari kasus korupsi oleh kubu demokrat.
Kasus
korupsi dari kubu Demokrat didahului dengan adanya kasus Bank Century yang pada
waktu itu menuai banyak spekulasi mengarah kepada Partai Demokrat. Sebelum
kasus Bank Century diadakan Pesta Demokrasi Pemilihan Presiden Periode
2010-2014 yang dimenangkan oleh pasangan SBY-Boediono, dimana SBY sendiri
berasal dari Demokrat. Selang waktu yang tidak terlalu lama Pemilihan Anggota
Legislatif juga diadakan dan masih dimenagkan oleh Partai Demokrat yang
menempatkan para wakilnya dengan jumlah terbanyak dalam kursi pemerintahan
dibandingkan partai lainnya. Setelah kasus Bank Century mencuatlah kasus suap
wisma atlet yang melibatkan Nazaruddin dan Angelina kemudian disusul oleh
Mallarangeng dan Anas yang terlibat kasus Hambalang. Apakah semuanya ada
keterhubungan ?
Dari
kubu PKS sendiri terlibat kasus korupsi kuota daging impor menjelang Pemilu
2014 dan didahului dengan Pemilihan Gubernur Sulawesi-Selatan. Pada saat itu
Pasangan Ilham-Aziz didukung oleh Partai Demokrat dan PKS. Salah satu perempuan
yang telah disebutkan sebelumnya mendapat aliran dana dari Fathanah dikabarkan
Ayahnya memiliki hubungan dengan Ilham. Apakah juga semua itu ada keterhubungan
?, jika ada berarti terdapat penerapan Motivasi Schultz because motive, in order to motive.
Penulis : Masdar
Pekerjaan :Mahasiswa
Jurusan Sastra Inggris, Konsentrasi Linguistik Fakultas Ilmu Budaya Universitas
Hasanuddin Makassar
No comments:
Post a Comment